Postingan

Tidak Semua Emosi Layak Diperjuangkan

Pada suatu masa dalam kehidupan, seseorang pasti pernah merasa begitu berharga seakan dunia berada di ujung kakinya. Lalu bahagia membuncah didadanya. Tetapi pada lain masa, ia juga pernah merasa sangat terkucil dan hampir tidak dianggap. Lalu rasa takut menyelinap dihati. Itulah namanya kehidupan dan apa yang dirasakan adalah emosi. Kehidupan pasti adil karena pasti bergilir. Terkadang diatas terkadang dibawah. Begitu pun emosi berganti-ganti. Emosi tidak ubahnya seperti cuaca di muka bumi. Terkadang ia bisa terik menyengat panas, lalu berawan mengundang hujan, dan tiba tiba tanpa peringatan awan mendung hilang berganti cerah dengan angin sepoi sepoi. Itu semua sudah biasa. Itulah cuaca. Sama halnya bukan dengan emosi yang dapat berganti-ganti. Lebih jauh, emosi dasar menurut Paul Eckman diklasifikasikan menjadi 6 yaitu bahagia, takut, sedih, jijik, terkejut dan marah. Maka, keliru jika seseorang berkata "Duh lagi emosi banget nih!" untuk menggambarkan kemarahan yang dirasak

FOOD XPERIMENT: KARENA RASA PUNYA CERITA

Setiap orang pasti pernah memasakan makanan untuk yang tersayang. Ada kala dimana momen tersebut adalah momen yang sakral karena memasak bukan sekedar menghidangkan makanan, tapi menghadirkan rasa dari relung jiwa. Menyatu dalam konsentrat takaran setiap bahan, mensubtitusi kedalam cita rasa istimewa. Memasak bukan sekedar mengikuti urutan resep, tetapi memaknai setiap tahapan menyatunya setiap bahan dengan sukarela. Setiap waktu yang digunakan saat memasak adalah berharga, seperti berharganya hasil masakan yang disajikan dengan rasa dari jiwa. Semula, tentu setiap orang tidak terlahir dengan langsung gemar memasak. Ada yang memang menggemarinya sedari kecil karena orangtua atau idolanya mahir dalam memasak. Ada yang baru mulai menyukainya setelah dewasa. Kalau diijinkan berbagi cerita, saya termasuk yang kedua. Memang sedari kecil orangtua saya sudah membekali saya dengan life skill beliau sering menyebutkannya, yaitu dengan setiap hari berurusan dengan dapur. Mencuci piring, bantu me

MENGAPA KITA PERLU HAL MENARIK DARI RUTINITAS

Pernah tidak merasa jenuh saat menjalani rutinitas. Pasti semua pernah. Saya juga begitu sampai akhirnya saya dapat menyiasatinya dengan menemukan hal yang menarik dari rutinitas tersebut. Apapun rutinitasnya, penting untuk kita tetap menemukan hal yang menarik dalam melakukan hal tersebut. Bagi siapapun, rutinitas tentu menjadi hal yang tidak terhindarkan. Bahkan sebenarnya memiliki rutinitas yang baik itu perlu. Misalnya bangun pagi, berolahraga, dan lainnya. Namun, menjalani rutinitas yang sama tentu dapat mendatangkan kebosanan. Agar rutinitas bisa tetap dilakukan dengan menyenangkan, maka kita perlu mencari hal menarik dari menjalaninya. Sebagai contoh, salah satu rutinitas adalah belanja ke Pasar. Berawal dari kebiasaan lama memenuhi kebutuhan dapur yang dilakukan bersama orangtua sedari kecil, membuat saya lebih nyaman berbelanja ke Pasar daripada ke Warung atau Tukang Sayur. Memang tidak dapat dihindari bahwa pergi ke Pasar identik dengan becek, bebauan yang tidak sedap, dan pe

PEREMPUAN

Beberapa waktu belakangan isu kesetaraan gender begitu familiar ditelinga. Betapa perempuan dipandang harus dianggap setara dengan kaum pria. Kesetaraan didorong agar terjadi disemua lini, akademisi, bisnis dan lainnya. . Hal tersebut juga diperkuat oleh banyak kaum perempuan yang berkarya, mumpuni dan jelas dapat dianggap setara dengan laki laki. Apalagi mereka juga memiliki potensi. Perempuan yang sungguh sungguh menorehkan keahliannya pada bidang yang ia minati dan membawa manfaat untuk banyak orang. Perempuan yang melewati banyak tantangan dalam hidupnya untuk dapat survive dimana nyatanya tidak semua orang, baik laki laki dan perempuan, bisa sama survive dengannya dalam melewati tantangan yang sama. Perempuan yang berdiri tegak diatas kakinya sendiri dengan tidak melupakan kodratnya sebagai kaum hawa dan enggan meminta belas kasihan dari manusia. . Perempuan yang memenuhi syarat sah nya kesetaraan gender. Bahwa kemampuannya memang diatas rata rata kaumnya bahkan melebihi banyak ka

PEKERJAAN DULU DAN SEKARANG

. Mungkin terdengar gila apabila seseorang membuang karir yang telah dirintisnya beberapa tahun demi mengerjakan passionnya. Seorang dokter memilih berkarir sebagai komedian dan lantas bermain dalam sebuah film. Seorang dokter memilih aktif dalam dunia musik dimana menyanyi adalah jiwanya. Seorang pemimpin perusahaan mengundurkan diri dan memilih menjadi manusia biasa untuk mendapatkan kesejahteraan mental serta kasus lainnya. . Dulu bisa saja hal tersebut terdengar aneh dan dibilang gila. Tapi saat ini sudah biasa. Kita hidup dalam peradaban yang lebih sadar akan kebutuhan psikologis, passion, dan kesehatan mental. Seseorang bukan tidak khawatir dengan kebutuhan materiil, tetapi telah menyadari bahwa kebahagiaan yang hakiki bukan lagi sekedar terpenuhinya kebutuhan fisik. Banyak orang telah belajar kata cukup yang artinya jika kebutuhan materiil telah dicapainya ya maka cukup saja. Tidak harus mencari banyak apalagi berlebih. Lalu ia dapat meneruskan hidup untuk memenuhi kebutuhan jiw

NASI KUNING PINGGIR JALAN

Penjual nasi kuning dekat rumah saya sudah berjualan sejak dua atau tiga tahun lalu, sekitaran tahun 2018 atau bisa saja sebelum itu. Menariknya ia menjual dengan harga yang cukup murah untuk ukuran ibu kota, yaitu Rp 6.000,- sebungkusnya. Meskipun, wilayah tempat saya tinggal memang sedikit lagi berbatasan dengan kota penyokong di sekitaran Ibu Kota tapi masih termasuk Wilayah DKI Jakarta. Umunya, harga nasi kuning dengan telor, timun, bawang goreng, sambel dan kerupuk sudah dijual sekitar Rp 7.000,- . Selisih yang lumayan untuk ukuran makanan yang dijual pedagang gerobak.  Hal yang membuat saya jadi kepikiran adalah ketika melewati masa pandemi, jualan dia tetap Rp 6.000,- dengan produk yang saya rasa sama dengan sebelumnya. Tidak ada pengurangan nasi, lauknya ataupun sambel. Saya berpikir bagaimana cara si abang penjual nasi kuning tersebut memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan harga jual produk yang begitu murah. Saya sempat menduga apakah hidupnya sulit atau seperti apa. Tapi t

Diantara Ekspektasi dan Realita

Sepanjang hidup manusia akan senantiasa bermain seimbang dalam hal ekspektasi dan realitas. Keseimbangan yang dapat tidak tercapai karena ekspektasi yang ketinggian atau realita yang tak sempurna. Manusia umumnya kecewa ketika realita tidak sebaik ekspektasi dan akan bahagian apabila ekspektasi terpenuhi atau bahkan realita yang lebih baik dari ekspektasi. Kekecewaan yang terjadi ketika ekspektasi tidak terpenuhi membuat manusia mencari cara agar dirinya merasa nyaman. Baik dengan berupaya lagi mencapai ekspektasi dengan cara yang baru atau pun mengubah ekspektasinya menjadi lebih sederhana. Cara-cara tersebut proses adaptasi manusia menerima sesuatu yang tidak ideal yang biasa disebut sebagai proses bertahan atau  defense mechanism. Kalau begitu, apakah ekspektasi baik? Ya tentu saja, krn ekspektasi membawa manusia pada usaha yg lebih maksimal. Sejauh mana ia serius dan mengupayakan ekspektasinya tersebut. Hanya memang kadar ekspektasi harus disesuaikan, bukan yang pasti didapat tapi