Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

NASI KUNING PINGGIR JALAN

Penjual nasi kuning dekat rumah saya sudah berjualan sejak dua atau tiga tahun lalu, sekitaran tahun 2018 atau bisa saja sebelum itu. Menariknya ia menjual dengan harga yang cukup murah untuk ukuran ibu kota, yaitu Rp 6.000,- sebungkusnya. Meskipun, wilayah tempat saya tinggal memang sedikit lagi berbatasan dengan kota penyokong di sekitaran Ibu Kota tapi masih termasuk Wilayah DKI Jakarta. Umunya, harga nasi kuning dengan telor, timun, bawang goreng, sambel dan kerupuk sudah dijual sekitar Rp 7.000,- . Selisih yang lumayan untuk ukuran makanan yang dijual pedagang gerobak.  Hal yang membuat saya jadi kepikiran adalah ketika melewati masa pandemi, jualan dia tetap Rp 6.000,- dengan produk yang saya rasa sama dengan sebelumnya. Tidak ada pengurangan nasi, lauknya ataupun sambel. Saya berpikir bagaimana cara si abang penjual nasi kuning tersebut memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan harga jual produk yang begitu murah. Saya sempat menduga apakah hidupnya sulit atau seperti apa. Tapi t

Diantara Ekspektasi dan Realita

Sepanjang hidup manusia akan senantiasa bermain seimbang dalam hal ekspektasi dan realitas. Keseimbangan yang dapat tidak tercapai karena ekspektasi yang ketinggian atau realita yang tak sempurna. Manusia umumnya kecewa ketika realita tidak sebaik ekspektasi dan akan bahagian apabila ekspektasi terpenuhi atau bahkan realita yang lebih baik dari ekspektasi. Kekecewaan yang terjadi ketika ekspektasi tidak terpenuhi membuat manusia mencari cara agar dirinya merasa nyaman. Baik dengan berupaya lagi mencapai ekspektasi dengan cara yang baru atau pun mengubah ekspektasinya menjadi lebih sederhana. Cara-cara tersebut proses adaptasi manusia menerima sesuatu yang tidak ideal yang biasa disebut sebagai proses bertahan atau  defense mechanism. Kalau begitu, apakah ekspektasi baik? Ya tentu saja, krn ekspektasi membawa manusia pada usaha yg lebih maksimal. Sejauh mana ia serius dan mengupayakan ekspektasinya tersebut. Hanya memang kadar ekspektasi harus disesuaikan, bukan yang pasti didapat tapi

Hujan dan Rasa Syukur

Beberapa hari ini hujan rajin datang. Mengguyur daerah tempat kami bernaung. Kalau hujan datang, rasanya ada yang berbeda. Seolah ini waktu yang tepat untuk merenung. Nuansa muhasabah dalam keheningan malam. Serupa momen memikirkan kembali segala sesuatu. Memikirkan kenangan yang berkesan atau pun rencana di masa depan yang saling berlintasan. Bukan overthinking cuman ingin mendekap guling sembari bergelung dalam selimut. Membiarkan pikiran bermain dan jiwa merasa. Nikmatnya. Neuron dan jaringan saraf didalam pikiran saling bertautan membawa peristiwa yang telah lalu maupun yang diharap terjadi kedalam nyata pikiran. Memaknai segala peristiwa yang pernah terjadi sebagai peristiwa yang memang harus terjadi, tanpa penyesalan dan tanpa harapan kembali kecuali untuk merasakan momennya sekali lagi. Berdamai dengan masa lalu sehingga tidak ada lagi keinginan merubahnya. Masa lalu bagaimanapun adalah yang membentuk kita saat ini. Melalui masa lalu yang sedemikian berliku, kita telah sampai pa