Diantara Ekspektasi dan Realita

Sepanjang hidup manusia akan senantiasa bermain seimbang dalam hal ekspektasi dan realitas. Keseimbangan yang dapat tidak tercapai karena ekspektasi yang ketinggian atau realita yang tak sempurna. Manusia umumnya kecewa ketika realita tidak sebaik ekspektasi dan akan bahagian apabila ekspektasi terpenuhi atau bahkan realita yang lebih baik dari ekspektasi.

Kekecewaan yang terjadi ketika ekspektasi tidak terpenuhi membuat manusia mencari cara agar dirinya merasa nyaman. Baik dengan berupaya lagi mencapai ekspektasi dengan cara yang baru atau pun mengubah ekspektasinya menjadi lebih sederhana. Cara-cara tersebut proses adaptasi manusia menerima sesuatu yang tidak ideal yang biasa disebut sebagai proses bertahan atau defense mechanism. Kalau begitu, apakah ekspektasi baik?

Ya tentu saja, krn ekspektasi membawa manusia pada usaha yg lebih maksimal. Sejauh mana ia serius dan mengupayakan ekspektasinya tersebut. Hanya memang kadar ekspektasi harus disesuaikan, bukan yang pasti didapat tapi yang bermanfaat. Baik membawa manfaaf untuknya maupun dirinya. 

Lalu, ketika seseorang sudah berekspektasi ia juga harus siap dengan resikonya. Penerimaan resiko bergantung pada sejauh mana seseorang mengenali dirinya sendiri. Intrapersonal skill jelas diperlukan dalam hal ini.

Semakin seseorang mengenal bakatnya, kondisi sensitifnya, hal hal yg membuat dia bersemangat, kelebihan, kekurangan maka akan semakin mudah mengontrol ekspektasinya. Namun, mengenal diri sendiri itu adalah proses seumur hidup. Bukan sekali jadi.

Maka dari itu, sesuatu yang wajib jika seseorang terus berusaha mengenali dirinya. Berusaha berdamai dan menaklukan diri sendiri adalah lebih penting sebelum yang lain. Karena hal tersebut akan menentukan sejauh mana ia memiliki ekspektasi terhadap dirinya. 

Namun, tidak semua manusia dapat menjadi ideal seperti itu. banyak sekali faktor yang mempengaruhi sehingga seseorang tidak dapat mengukur diri. Resikonya ia menjadi sulit menerima realita yang terjadi pada kehidupannya. Menyalahkan orang lain kerap menjadi jalan keluar pelampiasan emosi. Tetapi tentu itu tidak baik. Oleh karenanya, sangat penting seseorang memiliki ekspektasi disesuaikan dengan kondisi diri serta berupaya semaksimal mungkin untuk mencapainya.


Jakarta, Februari 2021




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DULU DAN SEKARANG

Tidak Semua Emosi Layak Diperjuangkan

Mendobrak Paradigma Kedokteran: Inisiatif Perubahan yang Berasal dari Bawah