MENGAPA KITA PERLU HAL MENARIK DARI RUTINITAS
Pernah tidak merasa jenuh saat menjalani rutinitas. Pasti semua pernah. Saya juga begitu sampai akhirnya saya dapat menyiasatinya dengan menemukan hal yang menarik dari rutinitas tersebut. Apapun rutinitasnya, penting untuk kita tetap menemukan hal yang menarik dalam melakukan hal tersebut. Bagi siapapun, rutinitas tentu menjadi hal yang tidak terhindarkan. Bahkan sebenarnya memiliki rutinitas yang baik itu perlu. Misalnya bangun pagi, berolahraga, dan lainnya. Namun, menjalani rutinitas yang sama tentu dapat mendatangkan kebosanan. Agar rutinitas bisa tetap dilakukan dengan menyenangkan, maka kita perlu mencari hal menarik dari menjalaninya.
Sebagai contoh, salah satu rutinitas adalah belanja ke Pasar. Berawal dari kebiasaan lama memenuhi kebutuhan dapur yang dilakukan bersama orangtua sedari kecil, membuat saya lebih nyaman berbelanja ke Pasar daripada ke Warung atau Tukang Sayur. Memang tidak dapat dihindari bahwa pergi ke Pasar identik dengan becek, bebauan yang tidak sedap, dan pernah juga kedapatan melihat tikus berjalan diantara sayuran. Namun memang belanja ke Pasar tetap lebih lengkap dan lebih murah. Hal yang menarik saat berbelanja adalah mengamati polah interaksi antara penjual dan pembeli yang layak untuk dicermati.
Kali ini saya bertemu dengan pedagang yang kelihatannya tidak butuh cuan. Betapa tidak, ia berjualan nampak ogah-ogahan dengan patokan harga yang lumayan diatas pedagang sekitarnya. Bahkan ketika saya mau membeli kemangi darinya ia malahan menjawab "Gapapa harganya lagi mahal?" pertanyaan yang tidak umum untuk seorang penjual. Ia menambahkan bahwa alasan kenaikannya adalah karena banjir sehingga untuk distribusi sayuran mengalami kendala. Saya pun mengangguk tanda menyetujui. Ketika ia menjulurkan kemangi nampak oleh saya gelang-gelang emas di kedua tangannya, entah emas beneran atau sepuhan. Sebenarnya saya beberapa kali juga belanja padanya. Sayurannya jelas masih bagus karena jarang terjamah pembeli, ia memberikan harga yang diatas rata-rata sehingga jarang ada kerumunan orang di Lapaknya. Positifnya dagangan dia jadi lebih indah dipandang mata karena tidak acak acakan. Saya tersenyum simpu kemungkinan ini adalah pedagang yang tidak butuh uang. Bisa jadi dia punya simpanan atau warisan yang cukup sehingga tidak mengandalkan hasil jualan. Kalau berbelanja disini saya sulit menjadi langganan, bukan tipikal pedagang yang sering kasih bonus juga. Yasudahlah sesekali saja.
Ada lagi penjual sayur ibu paruh baya. Beliau masih gesit untuk ukurannya dan sepertinya rajin beribadah. Terlihat dari warna kulit wajah yang seperti sering terbilas air wudhu. Sayuran yang dijajakan di Lapaknya tidak begitu bagus dan juga kecil kecil. Nampak kurang segar. Tapi enaknya kita dapat berbelanja sesuai kebutuhan tidak harus satu paket. Misalnya saja, untuk daun pisang tidak harus satu ikat. Bisa hanya membeli beberapa lembar saja sehingga kulkas kita dirumah tidak perlu kepenuhan.
Ada pula yang ramah pada pembeli sering mengajak bicara dan sering ngasih diskon. Nah ini adalah tipe pedagang yang saya sukai. Apalagi jika jualannya beraneka ragam dan segar segar. Sudah pasti jadi rebutan, letaknya yang strategis pas di depan jalan masuk Pasar sudah jelas menamban poin baginya. Memang tidak banyak yang seperti ini. Jelas jadi rebutan. Setiap pembeli yang datang ia tanyai "Mau beli apa? yang mana? ada lagi" anggukan yang ramah dan suara yang lunak bisa jadi juga menarik pembeli. Tipe ini juga cenderung sabar terhadap penawar, tidak marah jika pembeli banyak bertanya namun sedikit membeli, dan bisa membeli sesuai kebutuhan.
Tipe lainnya adalah pedagang yang menjual barang yang spesifik seperti ayam potong. Lainnya berjualan ayam, tapi dia menyediakan potongan potongan saja. Misalnya bagian paha saja, dada saja, sayap, dan lainnya. Ada pedagang yang khusus menjual tahu tempe, makanan frozen dan kemasan saja. Bisa juga yang hanya menjual rempah rempah, jahe, kunyit, lengkuas, kayu manis dan lainnya. Tipe yang ini biasanya sudah punya peminat sendiri.
Saya sendiri sudah pernah membeli di seluruh jenis pedagang yang telah disebutkan diatas. Saya sering terhibur dengan pembeli yang gigih menawar dengan jurus jurus andalan meski di acuhkan atau pedagang yang menawarkan barangnya dengan cara yang unik. Misalnya jualan pecah belah lalu menjajakan dengan mengatasnamakan peninggalan Ratu Elizabeth yang berasal dari Inggris. Padahal kita tahu kalau hal itu nyaris nggak mungkin, masa iya Ratu Elizabeth peninggalannya bisa sampai disini dan dijual di Pasar lagi. Ya itulah cara pedagang membuat pembeli mau melirik.
Begitulah, menemukan hal menarik dari rutinitas akan sangat membantu kita mendapatkan nilai plus untuk terus melaksanakan aktivitas tersebut, mengabaikan hal hal yang tidak mengenakan, dan tentu saja menghindarkan kita dari kebosanan. Misalnya saja saat berbelanja ke pasar, situasi pasar yang becek, penat banyak orang, ramai, terkadang bau khas ikan dan lainnya dapat terabaikan apabila selama disana kita dapat menikmatinya melalui hal hal yang menarik hati kita. Hebat bukan!
Jakarta, ASP
Komentar
Posting Komentar