Sudut Pandang


Saya baru saja mendapatkan pelajaran yang baik sore ini. Tentang pesimistis. Orang yang pesimis cenderung melihat dunia dari kacamata negatif. Hari ini saya bertemu teman yang sama sama berstatus single alias belom married.

Kami bertemu disuatu acara pernikahan sahabat baik saya. Suasana yang membahagiakan dan mengharukan bagi saya. Pesimistis teman saya tersebut terlihat dari cara dia memandang status single dirinya. Dari kata katanya yang membandingkan dirinya sendiri dengan teman saya yang statusnya sudah married. Misalnya begini "kalau minta tolong foto tuh sama suami Ndin. Lah kita sama siapa?" Atau "kalo dia lagi merah asi, lo ngapain Ndin?" Saya mengerti sekali arah pembicaraannya tersebut. Mungkin karena budaya di sini juga mendukung pembullyan pada orang berstatus single yah. Jadi mereka yang berstatus single merasa pantas untuk di bully dengan kata kata seperti itu. Sayang sekali teman saya tersebut yang notabenenya juga masih single salah memilih saya sebagai partner keminderannya. Saya balas saja "Minta fotoin ke temen lah" atau "Gue belajar memerah yang bener".

Bagi saya, status single bukan suatu hal yang menjadi keminderan. Saya memilih untuk single sambil memperbaiki diri untuk sebaik baiknya jodoh saya. Kalau sekedar pacaran bagi saya mudah. TIdak lebih dari seminggu selepas putus, sudah ada yang meminang dalam konteks pacaran. Tetapi bukan itu yang saya cari. Menurut saya representasi cinta paling sakral adalah dalam bentuk pernikahan. Sehingga jika sudah sama sama sreg menurut saya tidak perlu pacaran. Untuk mengenal kita bisa berteman saja. Itu lebih baik dan tidak merugikan salah satu pihak. Dan selama kita yakin dengan ketentuan Allah, insyallah kacamata positif tetap dapat digunakan. Sekarang ini saya masih punya PR yaitu menyelesaikan tesis saya. Walaupun itungannya ga dibayarin oleh orangtua. Kelulusan saya menjadi poin penting bagi keduaorangtua saya terutama ibu. Baginya pembuktian bahwa saya mampu berdiri tegak, ditengah kericuhan urusan jodoh adalah dengan menyelesaikan tesis. Setelah itu berbenah dalam karir. Jadi itu yang saat ini menjadi concern saya. Tetapi pernikahan ditengah semua hal tersebut, bukan tidak mungkin jika ada pria baik baik dengan niat tulus karena Allah. Maka, semua bisa berjalan paralel.

Bandung,
07122014
Aya

Komentar

  1. Andiinnn, just found your blog hehehe. numpang baca2 yaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa deaaaa.. silakan.. add feedback yaa.. hueheeeehehee..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DULU DAN SEKARANG

Tidak Semua Emosi Layak Diperjuangkan

Mendobrak Paradigma Kedokteran: Inisiatif Perubahan yang Berasal dari Bawah