Lebaran #Dirumahaja

Lebaran di new normal yang hampir semua orang tidak menginginkannya. Kebanyakan dari kita biasanya sudah merencanakan dari jauh jauh hari untuk berkumpul dan merayakan hari yang fitri bersama keluarga serta sanak famili didaerah masing masing.

Tidak terkecuali saya, yang sudah dari beberapa bulan sebelumnya mereservasi villa di daerah Lembang untuk hari raya idul fitri bersama orangtua dan kakak kakak. Sudah sekian purnama kami kesulitan berkumpul karena kondisi yang ada ada saja sehingga kesempatan berkumpul bersama yg selayaknya dilakukan pada hari raya kemarin menjadi perencanaan yang menyenangkan.

Tapi ya itulah, manusia hanya bisa berencana. Kehadiran pandemi covid19 benar benar meluluhlantakan semua rencana saya dan keluarga. Sekali lagi kami harus merayakan idul fitri dengan tidak lengkap. Hal ini terprediksi dibulan sebelumnya melihat situasi pandemi yang enggan berdamai sehingga reservasi kami reschedule menjadi beberapa bulan ke depan meskipun kami sendiri harap harap cemas apakah pandemi telah berakhir. Mengingat kehadiran tagar #indonesiaterserah yang menunjukan sindiran kepada kondisi pandemi covid19 yang nyata di bumi pertiwi ini.

Tetapi saya tidak hendak menyalahkan siapapun. Kondisi pandemi covid19 ini bukan maunya siapapun hadir bersamaan dengan perayaan lebaran. Dan teringat salah satu kajian bahwa takdir Allah adalah yang terbaik dan selalu ada hikmah dibalik kejadian. Maka, sama hal nya dengan malam takbiran kemarin. Pada saat saya memeriksa ke halaman teras, saya menemukan beberapa warga ada yang keluar rumah bercengkrama dengan keluarga masing masing sambil masak sajian lebaran diiringi suara takbir dari masjid masjid di kejauhan. Serta merta hati berdegub dan rasa sukacita muncul dari bilik sanubari. Menyeruak hadir, membawa kenangan akan lebaran yang menyenangkan, menghadirkan rasa semangat dan rasa rindu yang dalam.

Maka, bergegas saya masuk kembali dan membawa rasa yang hangat didada. Wangi masakan lebaran dan ketupat ketupat yang terpajang, mengingatkan saya bahwa besok tetap hari yang fitri. Hati saya menjadi makin bahagia. Diluar sana tentu setiap orang pun sedang mengupayakan bahagianya masing masing. Saya berharap rasa bahagia dan haru dapat menyelimuti hati setiap kerabat dekat dimalam tersebut.

Hal yang saya syukuri adalah pada bulan ramadhan lalu saya genap berpuasa selama 1 bulan dan mengkhatamkan Al Quran yang sudah dicicil bulan bulan sebelumnya. Kalaulah Allah tidak berkehendak pastilah tidak akan terlaksana semua itu, apalagi dalam keadaan hamil trisemester pertama. Tapi begitulah, alhamdulillah ada saja jalannya. Silaturahmi juga tetap berjalan meskipun virtual. Dengan bocah yang enggan difoto dan masih celingak celinguk pada saat silaturahmi virtual, saya tetap menemukan hal hal untuk disyukuri. Semoga banyak orang menemukan bahagianya dan tetap sehat dalam situasi lebaran #dirumahaja. Dan yang utama walaupun pandemi covid19 banyak merubah tatanan kehidupan bermasyarakat. Tapi saya berharap tidak merubah kualitas hati dan rasa sukacita bersilaturahmi meski secara virtual. Pada akhirnya semoga lebaran tetap menjadi hal yang berkesan dan membawa sukacita untuk setiap orang
.
.
.

Jakarta, 26 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEKERJAAN DULU DAN SEKARANG

Tidak Semua Emosi Layak Diperjuangkan

Mendobrak Paradigma Kedokteran: Inisiatif Perubahan yang Berasal dari Bawah