TENTANG PERNIKAHAN

Sebelum nikah dulu, ada senior yang bilang sama saya kalau pernikahan itu bukan tentang mendekatkan diri pada orang lain, tapi membuat diri dekat dengan Allah. Kenapa begitu, karena ketika menikah hanya Allah yang dapat menjaga pernikahan kita.

Lebih jauh seiring dengan berjalannya hari, saya melihat pernikahan juga bukan tentang melengkapi diri. Seseorang yang memutuskan untuk menikah sudah seharusnya melengkapi dirinya sendiri dan tidak mengandalkan pasangan atas ketidaksempurnaan dirinya. Ketika seseorang yang menikah karena melihat dengan pasangannya dia akan sempurna. Akan lebih enak hidupnya, akan lebih bahagia, akan lebih nyaman ya siap siap kecewa. Kenapa? karena itu semua soal rasa. Dan namanya rasa itu naik turun berubah-ubah yang mana kendalinya ada dalam diri kita. Mintakan pertolonganNya agar diberikan bahagia terus dalam pernikahan.


Dan, sebagai wanita bekerja saya sangat paham dengan yang namanya office romance. Saya melihat banyak terjadi sampai itu menjadi biasa. Sebenarnya awalnya bukan diniatkan itu terjadi seiring dengan intensitas pertemuan dan frekuensi bicara menjadi saling memahami dan tumbuh percikan cinta. Saya punya teman diskusi yang bebas membahas banyak hal, juga tentang ini. Dari diskusi itu saya berkesimpulan kalo office romance itu tentang kekosongan hati yg terisi tidak sengaja oleh orang lain yang sering kita temui. Semua orang mgkn tidak bisa menghindari dari merasakan suka, tapi dapat menghindar dari konsekuensi yang lebih jauh. Saya sendiri memilih dibilang gak berani daripada harus menanggung konsekuensi dari sebuah office romance.

Karena gimana pun yg namanya affair itu bukan pilihan yg bisa dibenarkan. Walaupun yg saya tau mereka yang melakukan itu adalah bukan orang jahat. Mereka juga bukan orang yang sengaja melakukan kesalahan. Mereka bermaksud menghibur diri, mengisi rasa sepi, namun sayang sering kebablasan.

Saya bersyukur dalam hal ini Allah memudahkan saya dgn memberikan teladan seorang ayah dan ibu yg memberikan contoh pernikahan yg harmonis. Bukan tidak pernah ada beda pendapat, tapi dapat menyelesaikan persilisihan dgn cara yg damai. Jadi inner child saya terbangun dengan meyakini bahwa saya berasal dari keluarga yang baik-baik dan ingin juga menjadi ibu yg baik untuk anak anak saya. Susah memang dan butuh usaha, tapi selalu ada harga yg harus dibayar untuk sesuatu yg berharga.

Sebenarnya, yg gak banyak orang sadari adalah bahwa setiap orang boleh punya inner child yg berbeda. Tetapi sekalipun inner child itu buram manusia selalu punya kesempatan untuk memutus mata rantainya dan membangun kehidupan rumah tangga yg lebih baik. Teman diskusi sy diatas adalah salah satu yg saya yakini akan berhasil melakukannya. Meskipun dia bilang bahwa pernikahan yg dijalaninya adalah semata-mata dijalani saja dan bahwa buku yg berkesan baginya adalah tentang hidup kelam dan perselingkungah Anna Karenina tapi sy selalu melihat dia punya keteguhan untuk terus bertahan pada pernikahannya. Sampai saat ini dan saya selalu doakan untuk selamanya.
.
.
Jakarta, 13 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAHULUKAN KONTEN DARI KEMASAN

Tentang Membangun Biro Konsultan SDM Part 1

Diantara Ekspektasi dan Realita