Resign

Sejak tanggal 1 Agustus 2020, seorang perempuan menuai keputusannya untuk sepenuh hati menghabiskan waktu-waktu berharganya di rumah. Keputusan ini, tentu saja merupakan hasil dari pertimbangan dan diskusi yang panjang dengan suami dan keluarga tercinta. Bukan tanpa sebab, bermuara pada keputusan yang sekaligus menghentikan karirnya sejenak. Alasan ingin lebih dekat dengan buah hati tentu yang pertama. Ingin memantau perkembangan anak-anak secara detail suara hati kecil perempuan itu bergemuruh. Bukannya tidak mungkin melakukan pengamatan dengan tetap bekerja sih, tetapi mumpung anak anak masih usia dini, ingin sekali untuk meminimalisir kendala yang dapat membuatnya ketinggalan sesuatu yang baru dari anak anaknya.

Keputusan ini rupanya memang sudah menjadi ketetapan Illahi, jalan perempuan muda tersebut nyatanya dimudahkan. Ia pun resign dari perusahaan ternama di negeri ini dengan pelepasan yang mengharukan. Setidaknya bagi dirinya, dan bagi orang orang terdekatnya. Puluhan notifikasi masuk melalui media sosialnya, baik whatsapp, instagram, facebook, dan telepon. Siapa yang mengetahui jejak langkah kehidupannya tentu mendukung keputusan Sang Perempuan, siapa yang mengenalnya memuji langkahnya, siapa yang belum terlalu dekat bertanya alasannya. Tetapi tidak sedikit juga yang menyayangkan, berharap dia tidak mengambil keputusan tersebut. Berharap ia tetap berjuang pada dua peran. Berharap ia tidak putus asa. Begitulah hidup, selalu ada pro dan kontra. Begitulah hidup, selalu ada iya dan tidak. Begitulah hidup adalah soal memilih.

Dalam hatinya, bukan tanpa sedih ia berpaling dari karir yang dibangunnya selama 10 tahun. Kendati sejak awal, memang ia tidak pernah bercita-cita menghabiskan karirnya pada perusahannya yang membesarkannya. Tetapi juga tak disangka bahwa akhir dari perjalanannya adalah saat ini. Secara logika, ia sangat mengetahui bahwa karir tidak berhenti ketika ia berhenti mengabdi pada perusahaan yang mengajarkannya arti dedikasi, arti memberi, arti bekerja tanpa batas, dengan tulus dan sepenuh hati. Ia sangat mengerti bahwa akan banyak kesempatan yang terbuka untuknya setelah ini. Setelah ia siap. Setelah ia yakin bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak anaknya sudah dijalan yang tepat. Ia tahu bahwa waktu tersebut akan tiba, tetapi tidak perlu terburu buru. Ia ingin menikmati momen dimana dapat berdekatan dengan buah hati. Dirusuhin, digangguin, dan dibuntutin oleh Sang Buah Hati. Momen yang ketika ia bekerja selalu dirindukan. Momen yang walau lelah, lebih lelah daripada bekerja adalah momen yang perlu dan sangat harus disyukuri karena ia mendapatkannya dengan perjuangan dan air mata. Momen yang tidak semua orang dapat mendapatkannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DAHULUKAN KONTEN DARI KEMASAN

Tentang Membangun Biro Konsultan SDM Part 1

Diantara Ekspektasi dan Realita